Banyak Motor Dan Sepeda Di Pulau Tidung

Wajar saja bila merasa marah jika banyak di pulau motor mondar- melebihi jumlah sepeda dan Menuhin menuh-lebar jalan yang tidak seberapa. Ya di pulau di mana ada lebar jalan sih? Semua jalan yang sempit dan terbaik dan hanya pada paving saja. Sudah begitu, pulau tidak gedenya bagaimana yaa? Mengapa orang ada tidak hanya membuat membuat sepeda bolak-balik bepergian? Kan semua dapat mengurangi tingkat polusi udara di olahraga yang sama. Namun jarak dari satu tempat ke tempat lain tidak jauh.

Ke Tidung

“Ya ya neraka naik sepeda atau berjalan lebih sehat, tapi kalo harus pergi keluar rumah beberapa kali, gempor kali terlalu lama, Wid.” Seorang teman, lupa namanya. Dia mengatakan seperti itu. apa rasanya naik sepeda motor Ke area Jembatan Cinta Pulau Tidung yng tak seberapa jauh dari homestay tempat menginap.

Ya bener pula. Bayangkan saja, jika di hari dia harus pergi dari rumah ke dermaga, atau dari rumah ke rumah di RT tetangga yang berbeda, atau harus membeli sesuatu di toko-membeli tetangga, begitu lelah juga membalas harus berjalan kaki atau naik sepeda dengan baik. Oke, setengah memaksa setengah mengerti, saya akhirnya datang untuk berdamai dengan kenyataan bahwa di pulau banyak motor yang lewat.

Akhirnya, minggu lalu saya mencoba sebuah trend untuk perjalanan dari ujung ke ujung pulau Tidung dengn melakukan Reservasi pulau tidung kepada agen terpercaya harganya murah banget. Yeay, pulau Tidung pulau sekarang jadi favoriteku untuk beristirahat otak sementara memberdayakan hormon bahagia dalam tubuh saya. Ciaaa ciaaaaa, pulau Tidung saya keren. Santai dan mendapatkan kembali bisa terjadi pada waktu yang ada. Ingin memacu adrenalin, ada banyak watersport untuk mencoba. Ingin mengulik emosi dan asmara, dapat mencoba untuk menikmati suasana di sepanjang jembatan yang menghubungkan pulau Tidung Besar dan Tidung Kecil Island. Ingin bersantai, bisa sepedaan. Iya nih! Sedang ada Sebuah Paket Wisata yang di berikan oleh travel disini: http://pulautidung.net/agen-travel-ke-pulau-tidung-murah/

“Ah lu, dekat doank melakukan sepeda motor sih?” Ledekku ke Regi. Temannya Tidung nemenin setia bagi saya dan teman-teman berlibur di sana.

“Ingin barat kan? Coba dulu, ntar deh tahu bagaimana rasanya jika ada berjalan atau naik sepeda.” Regi menggoda tersenyum kembali. Sementara aku, Olla dan Yuhar semangat ditambah sok sepeda langsung mempercepat menuju Pantai Barat. Mengapa Pantai Barat? Ya karena pantai benar-benar di ujung barat pulau Tidung.

Indah Tidung

Srooottt sroooottt srooooottt srooooott … saya sepeda pedal pedal. Melewati blok demi blok Tidung pemukiman di pulau. Regi tidak berpartisipasi, ia membiarkan kita dan sekarang kami hanya berpegang pada arah barat sebagai tujuan roda sepeda kami. Karena yang penting ke arah barat, kami telah menemui jalan buntu beberapa kali. Kemudian beralih ke persimpangan terdekat untuk melanjutkan perjalanan ke barat. Sudah kemiripan Sun Wukong dan Pat kai deh kita. Hambar ingin mengejar kitab suci … penuh dengan rintangan ke barat.

Dia em, bepergian ke barat penuh rintangan. Karena ramai, kadang-kadang laju sepeda yang akan terhambat. Belum lagi jika motor atau becak bermotor di lewat, naik sepeda harus mengalah. Aku, Olla dan Yuhar yang memulai perjalanan ke barat dari Jembatan taman Cinta mulai merasa ada sesuatu yang salah. Apa yang salah adalah persepsi kita. Ternyata Pantai Barat tidak dekat dengan perkiraan kami. Hahahha. Karena itu hampir 15 menit naik sepeda kita masih belum tiba. Selain itu, kami juga menangkap matahari terbenam dan saat itu sudah menunjukkan pukul 06.30 lebih. Kami keluar jalur dari blok terakhir. Sepeda melipir ke kiri mendekati pantai. Dampak, jalan-jalan berubah menjadi pasir yang membuat laju sepeda kami berat. Membelok-banting setir beberapa kali. Di suatu tempat, seperti di buang nelayan dari kapal karena kapal rusak terlantar, ada seorang ayah yang menunjukkan cara kita kembali ke jalan yang benar. Nah ternyata, sekitar 50 meter dari kami, ada jalan yang lebih layak. Hyaaahh telah susah payah melaju sepeda di pasir, itu tidak jauh dari jalan-jalan berpaving yang ada kami. Suasana teduh karena mengukur mata memandang hanya ada pohon-pohon palem dan padang rumput. Tidak jauh di sebelah kanan kita, ada sekelompok gubuk bernama Saung Fir Cinta. Dibandingkan dengan tempat lain, Saung Fir Cinta adalah kosong. Mungkin karena agak menyembunyikan keberadaannya.

Saya kira, dari Saung Pine Cinta, Pantai Barat tidak terlalu jauh. Kami sudah mulai berjuang. Tidak sampai-sampai! Tapi kami terus bertekad untuk melihat matahari terbenam di malam hari. Ya, kami terus mengayuh sepeda mengikuti jalan, membelah padang rumput dan ke bawah pantai. Sampai akhirnya, kami mencapai pantai barat !!!!! Yeayyy ,, end. Tidak pernah berpikir benar-benar jika perjalanan ke Pantai Barat Jembatan Cinta membutuhkan waktu sekitar 30 menit.

West Coast sore mendung. Sedikit rasa kecewa, telah jauh dari timur ternyata tidak mendapatkan sunset. Pulak berawan. Apa yang akan dinikmati jika menaungi begitu benar. Akhirnya, kami turun dari sepeda untuk foto-foto sejenak. Setelah itu naik sepeda lagi dan nyadar baru jika suasana sudah semakin sepi dan sedikit … .gelap.

Eng ing eng … kita terburu-buru ngebut. Belum lagi panggilan sunset doa terdengar dari arah timur sudah ada. Tidak lebih santai naik sepeda. Karena di sepanjang Pantai Barat ke gedung sekolah terdekat tidak diberikan pencahayaan, kita tidak ingin tersesat di orang konyol taman. Kami libas segala medan. Ingin pasir akan ingin rumput paving. Segala sesuatu yang kita merangsek. Karena horor kita dirampok bersama di bawah wewe. Lelah malam suram benar-benar melakukannya.

Setelah 15 menit Gaspol mengayuh, kami bertemu dengan motor yang menerangi jalan-jalan kami. Ah terima kasih Tuhan, akhirnya kami tiba di taman bermain Tidung. Penerangan jalan dari titik itu semakin baik. Kami kembali mengayuh dengan mudah. Masih sempet pulau muter-muter lagi sebelum akhirnya mager nongkrong di depan kepala pulau Tidung untuk nebeng wifi gratis yang dapat diakses di akan tanpa perlu memasukkan password. Hehehe ….

Akhirnya, saya menyadari hari itu. Pulau ini tidak kecil seperti di bayangan. Orang yang lewat pada sepeda motor yang tidak hanya karena malas untuk berjalan kaki atau naik sepeda. Mungkin, karena meningkatnya bermotor tentu membuat semua perjalanan menjadi lebih praktis. Jika sepanjang hari harus pergi bolak-balik dari timur ke barat tidak buruk PR juga membalas harus naik sepeda atau berjalan kaki. Hehehe … Artinya, kita seharusnya tidak berpersepsi terpojok seseorang tanpa terlebih dahulu tahu apa dorongan di balik setiap perlakuan dan kata-kata mereka.

Ya seperti itu, itu adalah buku harian perjalanan … Anda tidak harus mengharapkan lebih di atas artikel haahhha …. Yang penting, ingin pulau kecil atau besar. Ingin naik sepeda, berjalan atau naik sepeda motor. Seorang turis atau wisatawan, tidak boleh sampah!


Leave a comment